It's you. It's always just been you #3

Varel Delsyn, adalah teman kuliah ku, mahasiswa program S2 di Sarbonne. Ia adalah seorang laki-laki asli Perancis yang memiliki perawakan tinggi, dengan bentuk wajah oval, matanya yang tajam,tidak terlalu putih tapi tampan, dan model rambut seperti artis...., tak heran banyak wanita yang rela melakukan hal-hal bodoh demi mendapat perhatiannya. Karena kami satu kelas, membuat hubungan diantara kami semakin dekat. 

Berawal dari seringnya mengerjakan paper bareng, keliling kota untuk sekedar mencari informasi untuk mendukung tesis yang sedang kami susun. Iya, kuliah ku hanya tinggal beberapa bulan lagi, dan itu artinya tak lama lagi aku akan meninggalkan Paris, kota yang indah  dan terkenal sejuta cinta ini.

Bagiku Paris memang unik, memiliki pesona tersendiri pada setiap orang yang mengunjunginya, penuh cinta. Memiliki banyak kenangan dan keindahan. Disini pula aku perlahan bangkit dari kesedihan, kesengsaraan, yang memaksaku untuk meninggalkan. 

Aku yang kini tenggelam dalam lamunan, tak menjawab pertanyaan varel. Pertanyaan Varel tadi amat membuat aku gugup. Aku menatap wajah Varel yang sedari tadi menungguku memberikan penjelasan. 

"Maafin aku bikin kamu cemas, aku memang lagi banyak fikiran akhir-akhir ini. Kamu gak usah khawatir sama aku, aku baik-baik aja kok."

"Dara, aku sayang kamu dara. Sungguh! Gimana aku bisa tenang, kalo ngeliat kamu sedih terus kayak gini. Aku pengen kamu tersenyum lagi. Please.. bilang sama aku apa yang bikin kamu sedih dara?"

"Bukan apa-apa rel, makasih yah udah care banget sama aku."

"Tak apa Dara, asalkan kamu jangan menjauh dari aku. Janji yah jangan pernah ninggalin aku."
"Iya aku janji rel."
“aku sayang kamu.”
Dara hanya terdiam.

Siang itu di taman tak jauh dari
L’Arc de Triomphe. Varel menghiburku dengan lelucon-lelucon yang diceritakannya, ia tak tanggung-tanggung meminta anak-anak disekitar taman untuk ikut bermain dengan kami. Dia memang sangat ramah dan penuh perhatian. Bodoh! jika ada wanita yang tak kagum dengan sikapnya. Aku merasa sangat bahagia, bermain dengan hujan, aku seperti menemukan diriku kembali. 

“Tuhan.. apakah dia malaikat yang kau kirim untukku?”batinku.

Hari menjelang malam, Varel menawarkan untuk mengantarku pulang, karena hari mulai gelap aku pun menerima tawarannya.

Lucy!!! Aku hampir lupa dengannya, aku meninggalkannya sendiri di
L’Arc de Triomphe tadi. Sahabat macam apa aku? Aku panik dan meminta varel untuk kembali ke.... tapi Varel berkata bahwa Lucy sudah ada diapartment,”udah aku telfon kok tadi” jawab varel. perasaanku mulai tenang.

Sesampainya dikamar, aku menghempaskan tubuhku ke tempat tidur, hari ini melelahkan sekali. Tapi dibalik itu semua ada perasaan yang berbeda kini di hatiku, entah apa.. membuatku tersenyum kala mengingatnya. Apakah aku mulai mencintainya? Ahh.. tidak mungkin. Tapi itu bukan hal yang salah, kami saling mengenal baik, bahkan aku telah mengenal keluarganya. Biarkan saja, lagipula aku sedang tidak ingin pacaran, aku akan serius belajar untuk menyelesaikan S2-ku.
--
“Kringgg.. kriiiingggg” terdengar nyaring suara handphoneku. Seusai shalat aku merapikan mukena dan sejadahku dan segera mengambil handphone yang tergeletak di meja belajar, rupanya sebuah pesan singkat dari Mama di Pangandaran.

Assalamualaikum. Nak, bagaimana kabarmu? Kapan kamu pulang ke Indonesia?  Abah kangen katanya sama kamu. Oh ya, tante Rika bilang, Adit lagi di Paris ya? Kamu udah ketemu? Jaga diri kamu disana.

Nampaknya mama masih mempertanyakan dia, mama memang sangat mendukung aku berhubungan dengannya, keluarga kami sudah saling mengenal dekat. Keluarga Adit pun sangat ramah kepadaku, tak heran setelah kami berpisah, keliarga kami masih berhubungan baik. Aku pun sangat dekat dengan Naya adiknya, aku sudah menganggapnya adikku sendiri, dulu kami sering pergi berdua untuk menyusuri pantai, menikmati sunset di Batu Hiu, menikmati kuliner berbagai daerah, juga berbelanja dan berburu Novel-novel murah di bookfair di kota-kota besar di Indonesia.
Dia sangat sedih, saat tau aku dan Adit putus. Tapi aku menenangannya dan kami masih berbagi cerita lewat e-mail yang tak pernah lupa ia kirim setiap minggunya.
Aditya Naufal Syafaraz! Mengingat nama itu meninggalkan luka yang sangat dalam. Selama ini aku berusaha mengenyahkan nama itu dari ingatannya. Aku tak mau mengingatnya. Aku tak ingin bertemu lagi dengannya, aku tak ingin mengorek-orek luka lama yang semakin membuatku terpuruk. Terlalu pahit, dan menyedihkan..


Karapyak, Indonesia 2003
Senja di dermaga,

“Hari itu akan menyenangkan, 2 bulan lagi Dara.”
“Ya.. aku tak yakin. Waktu berjalan terlalu cepat.”
“Ibumu sudah mengizinkan kamu pergi ke Jogja?”

Aku menganggukkan kepala, pikiranku menerawang jauh memikirkan masa depanku. Ujian Nasional telah ku lalui. Mimpiku untuk kuliah di UGM Jogjakarta telah di depan mata. Aku akan meninggalkan keluarga, teman-teman yang ku cintai, dan Pangandaran. Kota tempat tinggalku yang dikelilingi pantai-pantai yang indah. Namun, ada hal yang membuat hatiku gelisah, aku takut keadaan akan berubah.

Aku menundukan kepala, memandang laut yang tampak berwarna biru pekat.  Suara gemercik burung riuh terdengar diantara lebatnya hutan bakau.

“Mengapa kau tampak bersedih?. Aku tahu pasti berat untuk meninggalkan orangtua dan adikmu. Tapi ini mimpimu bukan?”
“Bukan itu yang aku takutkan adit, Aku takut kau meninggalkanku.” Tak terasa air mata terjatuh di pelupuk matanku.
“Hei! Jangan bodoh. Tentu saja.. aku tak mungkin meninggalkanmu. Itu tak akan terjadi.” Senyumnya merekah, tangannya kini merangkul pundakku.
“Tapi aku takut kehilanganmu.” Air mataku semakin deras.

“Dengarkan aku Dara.. aku mencintaimu. Dan kita akan terus bersama, kita akan terus bertemu meski kita berjauhan. Jangan menangis sayang.. kau tahu aku paling tidak bisa melihatmu menangis. Aku akan tetap menjadi lelakimu, yang selalu ada untukmu. Beri aku genggaman maka aku akan menyayangimu lebih dalam.”

Senja selalu membuatku bersyukur. Merona merah, menorah rasa damai. Memiliki mu adalah Anugrah Tuhan, aku mencintaimu Adit, selalu.  Dan aku takan melepaskan genggaman, untukmu sosok yang memikat, aku akan menggenggamu lebih erat.
Langit mulai gelap,awan-awan  jingga berganti kelabu. Namun, bersamaan dengan itu bulan hadir dengan sinar yang tampak lebih terang. 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

It's you. It's always just been you #1

It's you. It's always just been you #2