It's you. It's always just been you #1
Paris,
Prancis 2010
Aku melangkah semakin
cepat keluar dari De Flore,
semakin cepat aku meninggalkan persimpangan Boulevard Saint-Germain.
Aku mencoba beristirahat sebentar, aku mendapati diriku terduduk lemas
bersimpuh diatas sebuat kursi kayu berwarna putih tulang ditepi jalan,
tubuhkukian melemah, rasanya jemari kakiku tak berpijak pada tanah. Tak ku sangka
akan bertemu dia lagi, disini dikota ini yang jauh dari tempat kami saling
mengenal dulu, Paris telah mengembalikan kenangan, membuka kembali
sayatan-sayatan luka yang telah lama tertutup. Perih.. Hatiku berdegup kecang,
aliran darahku semakin cepat. mata sembab dan perasaanku tak menentu.
De Flore-- aku bertemu dengannya
lagi, setelah 2 tahun aku tinggal di Paris, kali ini aku bertemu dengannya
lagi. Aku tak percaya saat ku lihat dia disana, wajahnya, senyumnya, itu
menyakitkan. Ditambah lagi kehadirannya yang tak sendiri. Iya, ia bersama
tunangannya, yang ku dengar akan melangsungkan pernikahannya Desember tahun
ini. Ah sudahlah, rasanya aku muak dengan cerita-cerita tentang mereka.
Saat aku memasuki De Flore, aku memilih duduk
dikursi dekat jendela, ini menjadi tempat favoritku saat berkunjung ke sini,
untuk sejenak melepaskan lelahku, atau untuk sekedar mencari inspirasi, tempat
ini memang menyenangkan, siapapun yang datang ke sini pasti akan datang lagi,
interiornya yang klasik dan mewah menambah suasana tenang dicafe ini,klasik
gaya arsitektur Prancis terasa kental didalamnya. Cafe ini memang dipenuhi
pengunjung saat sore ataupun menjelang malam hari.
Saat aku akan menyantap Sandwiches Jambon San Daniele miliku yang ku pesan kepada serveurs, pandanganku tertuju pada seorang
laki-laki yang sedari tadi memperhatikan ku. Bukan! orang itu bukan Varel
lelaki yang biasa membuntutiku. Kali ini lain, kulihat ia dengan sudut mataku.
Aku seperti mengenali sosok lelaki itu, seseorang yang wajahnya tidak asing
lagi, lelaki Indonesia yang saat ini perlahan ku lupakan. Aku terkejut! Kulihat
kembali sosoknya untuk memastikan, ya itu benar dia. Tak banyak berfikir, aku
kehilangan selera makanku, aku meninggalkan makananku di meja dan pergi
meninggalkan De Flore.
Aku segera pulang, berjalan kaki menuju Halte bis yang mengarah ke Montparnasse. Langit tampak
gelap, awan hitam menyelimuti Paris sore ini, hingga akhirnya hujan mengguyur Paris,
sekali lagi.
Montparnasse terasa begitu sepi, di lobby hanya ada dua
orang lelaki paruh baya yang tengah membaca surat kabar, dan lucy yang sedang
membersihkan guci-guci koleksi Madam Alice.
“Dara? Kamu kenapa? Kok
mukanya kusut gitu”
“Aku gapapa kok” aku
memalingkan wajahku dari lucy.
“Kamu nangis ya? Kenapa
dar? Cerita sama aku”
Aku terduduk lesu, di
sebuah sofa dilobby apartment. Lucy duduk disebelahku, wajahku memerah, lucy
memelukku sontak air mataku mengalir deras membasahi pundak lucy.
“
“Kamu tenang dulu ya,
aku ambilkan cokelat panas”
“Iya.” Jawabku singkat.
Tak sampai lima menit
lucy kembali dengan membawakan cokelat panas ditangannya dan memberikannya
kepadaku.
“Kamu darimana dar? Ayo
cepat ganti bajumu”
“...” aku tidak
menjawab, aku segera menghabiskan cokelat panas dan pergi ke kamarku untuk
mengganti baju.
“tok-tok-tok”
Suara ada yang mengetuk
pintu kamarku. Aku membukanya dan ternyata Lucy.
“Hei, ayo masuk. Ada
banyak hal yang ingin ku ceritakan padamu”
“Well, apa yang
membuatmu menangis?”
Aku menceritakan hal
yang terjadi sore itu pada Lucy, Lucy sempat terkejut mendengar ceritaku. Lucy
memang satu-satunya sahabat ku yang selalu mendengar keluh-kesahku, dia amat
menyenangkan. Padahal kami baru saling mengenal delapan bulan lalu, kami
memiliki banyak kesamaan yang membuat kami terasa cocok, aku selalu bercerita
tentang segala hal kepadanya, begitupun dia. Dia adalah perempuan Inggris yang
jatuh cinta pada keindahan Negara Perancis. Ia tinggal satu lantai apartment
denganku, aku mengenalnya secara tidak sengaja, karna kegemaran yang sama yaitu
membaca buku, kami seringkali bertukar novel untuk dibaca. Dan menghabiskan
hari libur untuk keliling-keliling Kota Paris bersama-sama.
“Sudahlah dara, ini saatnya
kamu bangkit.”
“Aku tidak bisa
melupakannya, sudah hampir 2 tahun kepalaku disesaki kenangan tentangnya”
“Bersabarlah, kau takkan
bisa jika tidak mencoba.”
“Tapi aku sudah mencoba.”
“Kata- kata itu tak
benar-benar dari hatimu, kau belum mencoba. Yang kau lakukan hanya berusaha
melupakannya,untuk melupakan kau harus mengingatnya, bukan? Cobalah relakan.
Move on bukan tentang memiliki pasangan baru, move on itu tidak merasa
sakithati saat kau tau dia sudah dengan yang lain. Dara kamu bisa bangkit dan berdiri
lebih tegak lagi.”
“Aku tidak yakin.”
Jawabku cemas.
“Semua tergantung dirimu
, bukankah hidup ini terus berlanjut? Dia sudah memiliki masa depan sendiri
Dara, kaupun mempunyai jalan hidup sendiri.” Jawab Lucy meyakinkan.
“Baiklah, aku akan
berusaha”
Malam itu kami habiskan
dengan bercerita, sampai larut dan tertidur.
--
Salah satu tempat yang
paling aku sukai di Paris yaitu, Place
De La Condore , tempat wisata
yang merupakan alun-alun terluas di Paris ini selalu membius setiap wisatawan
yang berkunjung ke Kota Ini. Aku senang pergi ke tempat itu, suasananya yang
khas dengan air mancur yang menjadi pusat perhatian wisatawan. Sungguh, aku
menyukai semua hal tentang Paris.
Sore itu, aku duduk
disebuah cafe disekitar Place
De La Condore, aku membuka laptop ku untuk menanyakan kabar keluargaku di
Indonesia, Saat aku membuka e-mail yang masuk pada account yahoo-ku, ternyata ada dua e-mail
masuk.
e-mail yang pertama dari
Rival, adik laki-laki ku yang berumur 15 tahun.
From: Rivalnzzr62 @rocketmail.com
To: DaraKirana@yahoo.co.id
Subject: Pulang!!!
“Kak gimana kabarnya? Kapan pulang
kak? Mama sama Papa nanyain terus tuh. Cepet pulang ya, jangan lupa bawa
oleh-oleh yang banyak :D”
Reply to Rivalnzzr62 rocketmail.com
“Alhamdulillah baik disini, duh jadi
bingung. Pulang gak ya? Hmm, udah betah disini hehe kamu aja ajak mama papa ke
sini”
Satu e-mail lagi yang
mengejutkanku.
From: Adityasyafaraz@ymail.com
Subject: Dear Dara.
“Dear, Andara Kirana Mahestry.
Aku lagi di Paris, Aku 2 minggu
disini buat foto prewedding aku sama Anne. Aku kangen banget sama kamu dar.
Bisa gak kita ketemu? Kamu dimana dar? Aku tinggal di Beauchams Hotel. 2 hari
lalu aku kayak ngeliat kamu di De Flore, itu kamu? Kenapa kamu pergi dar? Aku
tunggu kamu di De Flore, sore ini jam 5. See you dara♥”
Aku menutup laptopku,
entah kenapa hatiku merasa gelisah. Antara rindu dan luka. Sungguh suatu kebetulan
yang aneh, aku bingung harus menemuinya atau tidak. Waktu menunjukan pukul
03.30 aku pulang ke Montparnasse. Aku
mencari Lucy, ternyata dia tidak ada disana.
“Dia pergi dua jam
lalu, bersama seorang laki-laki” Kata madam Alice.
“Oh begitu, terimakasih
madam” jawabku.
Aku bingung dan
memutuskan untuk datang menemui nya.
Pukul 5 tepat aku sampai
di De Flore, aku
mengenakan blouse berwarna peach dan sepatu kulit tinggi berwarna
hitam, dengan rambut tergerai dan menggunakan bandana senada dengan blouse yang
ku pakai.
Aku melihat suasana cafe
seperti biasa ramai.
“Dara.” Suara yang ku
dengar memanggil namaku, lama ku rindukan suara itu. Aku menengok kearahnya.
Tuhan ini seperti mimpi, Debar itu hadir lagi, bukan untuk pertama kali.
Ini cerita pertama? Masih ada kelanjutannya dong kak? Ceritanya keren banget kak, aku suka lanjut terus ya
BalasHapusiya, aku masih belajar nih :D makasih yaa
BalasHapusYaampun billaaaa, ini keren banget, banget, banget, banget!!
BalasHapusaah makasih ayu({})
BalasHapus